Dalam tulisan ini saya akan mencoba me-review kembali penulisan dari jurnal ilmiah dengan topik pembahasan tentang “Etika Profesi Seorang Akuntan” . Jurnal Manajemen Teori dan terapan ini dibuat atau ditulis oleh Muhammad Fakhri Husein tahun 2008 yang diberi judul :
KETERKAITAN FAKTOR-FAKTOR ORGANISASIONAL, INDIVIDUAL, KONFLIK PERAN, PERILAKU ETIS DAN KEPUASAN KERJA AKUNTAN MANAJEMEN
Pengarang : Muhammad Fakhri Husein (Dosen Akuntansi Jurusan Keuangan Islam Fakultas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Penerbit : http://jmtt.jurnalunair.com
LATAR BELAKANG
Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang ada saat ini melibatkan profesi akuntan dan menjadi sorotan dikarenakan mengabaikan standar akuntansi bahkan etika. Di Indonesia, isu ini berkembang seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika, baik yang dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah. Beberapa pelanggaran yang terjadi yaitu publikasi (penawaran jasa tanpa permintaan, iklan surat kabar, pengedaran buletin KAP), pelanggaran obyektivitas (mengecilkan penghasilan, memperbesar biaya suatu laporan keuangan), isu pengawas intern holding mempunyai KAP yang memeriksa perusahaan anak holding tersebut, pelanggaran hubungan rekan seprofesi, isu menerima klien yang ditolak KAP lain dan perang tarif.
Masalah etika bagi perusahaan terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari keuntungan sehingga terjadi penyimpangan norma etis. Dalam jangka pendek, mungkin akan meningkatkan keuntungan perusahaan dan atau untuk jangka panjang, akan merugikan perusahaan itu sendiri karena hilangnya kepercayaan dari pelanggan atau konsumen terhadap perusahaan tersebut.
Akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi di mana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri. Akuntan mempunyai tanggungjawab menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas dan obyektivitas mereka.
Menurut Kinicki dan Kreitner (2001) dan Hunt dan Vitell (1986), perilaku etis dan tidak etis adalah produk dari kombinasi yang rumit dari berbagai pengaruh. Individu mempunyai kombinasi unik dari karakterisik personalitas, nilai-nilai, prinsip-prinsip moral, pengalaman pribadi dengan penghargaan dan hukuman, sejarah hukuman kesalahan yang dilakukan (history of reinforcement), dan gender.
Di samping model pengaruh etis di atas, penelitian-penelitian lain juga mengaitkan faktor organisasional dan individual terhadap stres peran. Weick (dalam Rebele & Michaels 1990) menyatakan bahwa masalah stres merupakan faktor penting dari praktik akuntansi. Libby (dalam Rebele & Michaels, 1990) juga menyatakan bahwa konsep tentang stres menyediakan struktur dalam menganalisis berbagai masalah di bidang akuntansi.
Masalah keperilakuan etis dan konflik peran juga berhubungan dengan kepuasan kerja. Jika seseorang berperilaku etis, maka kepuasan kerjanya tinggi. Sedangkan jika konflik perannya rendah, maka kepuasan kerjanya tinggi. Oleh karena itu penelitian ini mengaitkan faktor-faktor organisasional, faktor individual, perilaku etis, konflik peran, dan kepuasan kerja. Penelitian ini menjadi menarik ketika masih sedikit yang membahas keterkaitan faktor-faktor diatas.
RUMUSAN MASALAH
Perilaku etis akuntan sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti prinsip moral, komitmen organisasional, pemahaman kode etik dan berhubungan dengan konflik peran dan kepuasan kerja kompleks. Mengingat pentingnya mengetahui pola hubungan dan tingkat pengaruh faktor-faktor organisasional dan individual terhadap perilaku etis akuntan, konflik peran dan kepuasan kerja di Indonesia, maka penelitian ini mengembangkan suatu model yang menghubungkan antara faktor-faktor organisasional (pemahaman kode etik, model peran, komitmen organisasional) dan faktor individual (prinsip moral), konflik peran, perilaku etis dan kepuasan kerja. Mengintegrasikan berbagai faktor penyebab perilaku etis, konflik peran, kepuasan kerja akan membantu kita memahami masalah perilaku etis akuntan khususnya akuntan manajemen dengan lebih baik dan makin memudahkan para pengambil keputusan untuk mengelola sumber daya akuntan manajemennya.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh faktor-faktor anteseden, yakni organisasional dan individual, terhadap konflik peran, perilaku etis akuntan manajemen serta konsekuensi konflik peran dan perilaku etis terhadap kepuasan kerja akuntan manajemen. Diharapkan penelitian ini memberi manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan etika, konflik peran dan kepuasan kerja akuntan manajemen terutama dunia akademis, perusahaan-perusahaan, dan profesi akuntan.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan cara survei. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden. Responden penelitian adalah akuntan manajemen di seluruh Indonesia. Penelitian ini menggunakan judgment sampling sedangkan data responden diperoleh dari Standard Trade & Industry Directory of Indonesia. Untuk meningkatkan response rate, setelah melewati masa kembali kuesioner, maka kuesioner juga dikirim langsung kepada individu-individu di berbagai perusahaan.
ANALISIS DATA
Statistik Deskriptif
Analisis dilakukan pada 119 jawaban responden yang memenuhi kriteria untuk diolah lebih lanjut. Berikut ini diuraikan hasil statistik deskriptif tersebut.
Model yang dianalisis mempunyai degree of freedom sebesar 11, berarti positif dan memenuhi salah satu syarat sebagai model yang fit. Chi-Square sebesar 183,870. Nilai The Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) adalah 0,365 dan berada diatas nilai yang dipersyaratkan yakni 0,08. Nilai GFI (Goodness of Fit Index) menunjukkan angka 0,648 berarti model ini didukung secara marginal walaupun dibawah nilai yang diharapkan 0,90. Sedangkan nilai AGFI (Adjusted Goodness of Fit Index) menunjukkan angka 0,105 jauh dibawah nilai yang dipersyaratkan sebesar 0,90.
SIMPULAN
Penelitian ini mencoba mengembangkan suatu model keterkaitan antara faktor-faktor organisasional (model peran, pemahaman kode etik dan komitmen organisasional) dan faktor-faktor individual yakni prinsip moral dan hubungannya dengan konflik peran, perilaku etis dan kepuasan kerja akuntan manajemen. Penelitian ini menggunakan 119 responden (response rate 23,8%) yang diperoleh secara purposive untuk kepentingan penelitian ini. Analisis yang dilakukan adalah pengujian model dan uji hipotesis dengan menggunakan software AMOS. Dari model yang diajukan indikator fit dari suatu model memang relatif kurang memuaskan, namun penelitian ini berhasil mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi konflik peran dan perilaku etis akuntan manajemen dan kepuasan kerja. Pemahaman kode etik, komitmen organisasional dan model peran mempengaruhi perilaku etis akuntan manajemen. Sedangkan prinsip moral tidak mempengaruhi perilaku etis akuntan manajemen. Sedangkan pemahaman kode etik, prinsip moral tidak mempengaruhi secara signifikan konflik peran. Faktor-faktor komitmen organisasional dan model peran yang justru mempengaruhi konflik peran. Sedangkan perilaku etis mempengaruhi kepuasan kerja sedangkan konflik peran tidak mempengaruhi kepuasan kerja akuntan manajemen.
LANDASAN TEORI dan HIPOTESIS
Tinjauan Pustaka
Analisis terhadap sikap etis dalam profesi menunjukkan bahwa akuntan merasa memiliki kesempatan untuk melakukan tindakan tidak etis akibat adanya tekanan dari perusahaan sebagai kliennya (Mintz, 1995). Studi tentang etika merupakan hal penting dalam rangka pengembangan dan peningkatan peran profesi akuntan, terutama bila dikaitkan dengan rawannya profesi ini terhadap perilaku tidak etis dalam bisnis. Dalam hal ini, masyarakat penerima jasa profesi tidak memiliki pengetahuan dan waktu yang memadai guna melakukan penilaian terhadap mutu layanan profesi yang diberikan oleh para profesional. Untuk itulah diperlukan pemahaman yang baik tentang penyebab perilaku etis. Pemahaman yang baik tentang anteseden perilaku etis dan konsekuensinya terhadap kepuasan kerja akan memudahkan bagi organisasi bisnis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, dalam hal ini akuntan manajemen.
Masalah peran akuntan juga telah banyak dibahas. Peran yang dimaksudkan di sini adalah satu set perilaku dimana orang atau kelompok harapkan dari orang lain. Ada bermacam masalah peran dalam dinamika suatu kelompok (Kinicki dan Kreitner 2001) yakni kelebihan peran (role overload), konflik peran (role conflict), ambiguitas peran (role ambiguity). Kinicki dan Kreitner selanjutnya menyatakan bahwa konflik peran yang dialami oleh seseorang bisa jadi disebabkan oleh nilai nilai internal (prinsip moral), etika, standar pribadi yang berbenturan dengan harapan orang lain, dan masalah kepemimpinan.
Pemahaman Kode Etik
Ward et al. (1993) berpendapat bahwa pengertian umum mengenai etika dari sisi benar-salah, baik-buruk adalah terlalu sederhana. Etika seharusnya meliputi proses penentuan yang kompleks mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam situasi yang ada (given situation); keseimbangan dari pertimbangan sisi dalam dan sisi luar yang disifati oleh masing-masing kombinasi pengalaman dan pembelajaran yang unik dari tiap individu. Perilaku etis merupakan produk dari reasoning manusia yang melibatkan pengetahuan dan praktik.
Ziegenfuss dan Singhapakdi (1994) menghipotesiskan bahwa pemahaman kode etik profesi (Institute of Internal Auditor) berhubungan positif dengan persepsi perilaku etis auditor intern. Dari penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa pemahaman kode etik profesi sangat mempengaruhi persepsi etis anggotanya. Ini berarti bahwa jika akuntan manajemen makin paham dengan kode etik profesinya maka perilakunya makin etis. Dengan demikian, hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1: Pemahaman kode etik mempengaruhi secara signifikan perilaku etis akuntan manajemen
Pemahaman kode etik juga berhubungan dengan konflik peran. Jika seorang akuntan memahami kode etik dengan baik, maka diduga ia dapat menghilangkan atau menghindari konflik peran yang dapat berpengaruh pada profesionalitasnya. Beberapa penelitian sebelumnya mencoba mengeksplorasi konflik peran yang dialami oleh akuntan dan profesi lainnya. Yetmar, Cooper dan Franks (1999) menemukan bahwa faktor kode etik merupakan salah satu faktor yang dapat membantu akuntan dalam mengatasi dilema atau konflik peran yang dialaminya. Dengan demikian, hipotesis alternatif yang diajukan adalah:
H2: Pemahaman kode etik mempengaruhi secara signifikan konflik peran akuntan manajemen
Komitmen Organisasional
Komitmen menunjukkan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai oleh organisasi (Mowday dalam Darlis 2000). Komitmen organisasional bisa tumbuh disebabkan karena individu memiliki ikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan moral dan menerima nilai yang ada serta tekad dari dalam diri untuk mengabdi kepada organisasi. Di bidang etika, Oz (2001) meneliti tentang hubungan komitmen organisasional dan perilaku etis di lingkungan profesional sistem informasi dan dibandingkan dengan profesional lainnya. Yetmar dan Eastman (2000) menguji faktor konflik peran, ambiguitas peran, kepuasan kerja, komitmen profesional dan orientasi etika. Karena diduga perilaku etis dipengaruhi oleh faktor komitmen organisasi, maka hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H3: Komitmen organisasional mempengaruhi secara signifikan perilaku etis akuntan manajemen
Komitmen organisasional juga berhubungan dengan konflik peran. Jika seorang individu memiliki komitmen organisasional yang jelas, maka ia akan mengabdikan hidupnya untuk organisasi. Ia juga akan memposisikan perannya secara jelas. Jika komitmen organisasionalnya lemah, maka diduga konflik peran akan terjadi. Grover (dalam Grover & Hui 1994) menguji konflik yang dialami oleh perawat yang harus memenuhi keinginan organisasi rumah sakitnya di satu pihak dan profesi perawat dilain pihak. Studinya menemukan bahwa perawat lebih suka berbohong ketika berhadapan dengan dua kepentingan tersebut (profesi dan tempatnya bekerja). Mathieu dan Zajac (1990) menelaah dan melakukan meta analisis untuk mengetahui penyebab, hubungan, dan konsekuensi dari komitmen organisasionalnya. Salah satu hasilnya menunjukkan bahwa komitmen organisasional berhubungan dengan konflik peran. Dengan demikian, hipotesis keempat yang diajukan adalah:
H4: Komitmen organisasional mempengaruhi secara signifikan konflik peran akuntan manajemen
Prinsip Moral
Forsyth (dalam Yetmar dan Eastman, 2000) menyarankan bahwa perbedaan individual dalam pendekatan terhadap pertimbangan moral didasarkan pada dua faktor prinsip moral yakni idealisme dan relativisme. Idealisme adalah tingkat dimana individu berkaitan dengan kesejahteraan bagi yang lain. Individu yang memiliki idealis tinggi merasa mengganggu orang lain selalu dapat dihindarkan. Seorang yang idealis tidak akan memilih perilaku negatif yang dapat mengganggu orang lain. Hal yang sebaliknya terjadi jika memiliki idealis rendah. Sebaliknya, relativisme adalah penolakan aturan moral yang absolut dalam memandu perilaku. Individu yang relativismenya tinggi mengadopsi falsafah moral pribadi yang didasarkan pada skeptis. Mereka umumnya merasa bahwa tindakan moral tergantung pada sifat situasi dan individu yang terlibat. Ketika menilai sesuatu, mereka menekankan aspek keadaan daripada prinsip etika yang dilanggar. Orang yang memiliki relativisme rendah berargumen bahwa moralitas memerlukan tindakan yang konsisten dengan prinsip moral, norma, atau hukum. Konsep idealisme dan relativisme bukanlah hal yang berlawanan. Seorang yang relativis dapat juga sekaligus memiliki idealisme yang tinggi atau rendah. Prinsip moral (dalam penelitian lain menyebutkan orientasi etika) yang diyakini individu terbukti berpengaruh pada perilaku etis. Ziegenfuss dan Singhapakdi (1994), Yetmar dan Eastman (2000) melakukan penelitian dengan seting kasus yang berbeda. Ziegenfuss dan Singhapakdi menguji dua bentuk dari prinsip moral yakni idealisme dan relativisme. Idealisme dan relativisme tidak berpengaruh pada perilaku etis. Penelitian Yetmar dan Eastman menyimpulkan bahwa relativisme berhubungan negatif dengan perilaku etis. Kedua peneliti menggunakan dua bentuk prinsip moral yang berasal dari Forsyth. Walaupun hasil penelitian ini satu sama lain bertolak belakang, namun penelitian ini menduga bahwa prinsip moral berpengaruh pada perilaku etis akuntan sehingga hipotesis penelitiannya adalah:
H5: Prinsip moral mempengaruhi secara signifikan perilaku etis akuntan manajemen
Prinsip moral juga merupakan penyebab dari konflik peran seseorang. Jika prinsip moral yang ia yakini berbeda dengan apa yang dilakukan maka konflik peran yang dirasakan makin tinggi. Studi yang dilakukan oleh Yetmar, Cooper dan Frank (1999) menguji faktor-faktor yang dapat membantu dan menghambat akuntan pajak ketika menghadapi konflik peran. Salah satu hasilnya adalah prinsip moral dapat membantu mengatasi konflik peran atau dilema yang dihadapi oleh akuntan pajak. Walaupun hasil studi yang dilakukan Yetmar, Cooper dan Frank ini belum menggambarkan seberapa besar pengaruh prinsip moral terhadap konflik peran, namun penelitian tersebut dapat menjadi dasar dalam menilai hubungan antara konflik peran dan prinsip moral. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan adalah:
H6: Prinsip moral mempengaruhi secara signifikan konflik peran akuntan manajemen
Model Peran
Menurut Kinicki dan Kreitner (2001), salah satu faktor organisasi yang berpengaruh pada perilaku etis adalah model peran (role model). Schein (dalam Sims dan Brinkmann 2002) menyatakan bahwa pemimpin dalam suatu organisasi mengkomunikasikan prioritas, nilai-nilai, dan keyakinan melalui hal-hal yang secara konsisten berkembang dari apa yang menjadi fokusnya. Jones dan Kavanagh (dalam Kantor dan Weisberg, 2002) menggunakan penelitian eksperimen untuk menguji pengaruh model peran terhadap perilaku etis dan hasilnya menunjukkan pengaruh yang signifikan. Karena model peran (role model) yang etis dan tidak etis ini menjadi salah satu faktor yang diduga berpengaruh pada perilaku etis, hipotesisnya adalah:
H7: Model peran mempengaruhi secara signifikan perilaku etis akuntan manajemen
Ketidakjelasan aturan atau standar merupakan penyebab konflik peran di dalam suatu organisasi (Kinicki dan Kreitner, 2001). Ketidakjelasan aturan ini salah satunya disebabkan oleh gaya kepemimpinan yang tidak jelas. Sims dan Brinkman (2002) menyatakan bahwa jika pimpinan memberi arahan yang jelas tentang apa yang dilakukan dan yang tidak dilakukan maka konflik peran dalam organisasi akan berkurang. Behrman dan Perrault; Fry et al. (dalam Rebele dan Michaels, 1990) menyimpulkan bahwa perilaku pimpinan (role model) mempengaruhi konflik peran. Jika pemimpin menunjukkan peran yang jelas ketika ada masalah konflik peran maka bawahan akan memperoleh gambaran apa yang seharusnya dilakukan dan yang tidak dilakukan. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan adalah:
H8: Model peran mempengaruhi secara signifikan konflik peran akuntan manajemen
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah akibat atau konsekuensi dari perilaku etis. Kepuasan kerja (job satisfaction) menurut Kinicki & Kreitner (2001) adalah respon yang sifatnya afektif atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan dan konsep kepuasan kerja bukanlah konsep yang tunggal. Ada lima penyebab dominan kepuasan kerja seseorang (Kinicki & Kreitner) yakni sejauh mana pekerjaan memenuhi kebutuhan individu (need fulfillment), harapannya terpenuhi (met expectation), pencapaian nilai (value attainment) termasuk faktor etis, keadilan (equity), komponen disposisional/genetik (dispositional/genetic components). Koh dan Boo (2001) menguji keterkaitan antara etika organisasional dan kepuasan kerja dan hasilnya menunjukkan bahwa perilaku etis berpengaruh positif pada kepuasan kerja. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H9: Perilaku etis mempengaruhi secara signifikan kepuasan kerja akuntan manajemen
Beberapa penelitian menguji hubungan stres peran dan kepuasan kerja. Fogarty etal. (2000) meneliti anteseden dan konsekuensi burnout dalam akuntansi dengan menggunakan model Role Stress. Dengan menggunakan sampel akuntan di Amerika Serikat, hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kondisi burnout memediasi pengaruh konflik peran, ambiguitas peran, dan kelebihan peran terhadap kepuasan kerja, kinerja, dan niat untuk berpindah. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Fisher (2001) dan menyimpulkan bahwa konflik peran dan ambiguitas peran berhubungan negatif dengan kepuasan kerja dan kinerja auditor. Rebele dan Michaels (1990) menguji anteseden dan konsekuensi dari stres peran yang dialami oleh auditor independen. Hasilnya menunjukkan ketidakpastian lingkungan yang dirasakan merupakan variabel penting yang berpengaruh pada stres peran dan hasil pekerjaan akuntan. Penelitian Pasewark dan Strawser (1996) menguji faktor-faktor yang menentukan kepuasan kerja dan hasil yang dihubungkan dengan ketidakamanan kerja (job insecurity) pada lingkungan akuntansi profesional. Hasilnya menunjukkan bahwa ketidakamanan kerja, kepercayaan organisasional, dan konflik peran berpengaruh pada komitmen organisasional dan kepuasan kerja. Dengan mengacu pada penelitian di atas, hipotesis yang diajukan adalah:
H10: Konflik peran mempengaruhi secara signifikan kepuasan kerja akuntan manajemen
Sumber :
Klik untuk mengakses 31FAKHRI.pdf
Lanjutkan membaca “Etika Profesi Akuntan (review jurnal)” →